Sabtu, 24 Juli 2010

Target 5.000 Kantung Darah dari 19 Kota


Jakarta, Kompas.com — Menggunakan momentum perayaan hari jadinya yang ke-19, Tupperware Indonesia menggelar aksi donor darah yang dilaksanakan serentak di 19 kota di Indonesia pada 23-24 Juli 2010. Bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia, diharapkan terkumpul 5.000 kantung darah dari kegiatan ini.

"Tupperware identik dengan wanita dan kaum wanita selama ini terkenal dengan kepedulian sosialnya yang tinggi. Karena itu, kami kembali melakukan kegiatan ini dan mengajak masyarakat berpartisipasi," kata Nining W Permana, Managing Director PT Tupperware Indonesia ketika membuka acara donor darah di Jakarta, Jumat (23/7/2010).

Untuk melawan rasa takut dan menghapus pandangan keliru tentang donor darah, Tupperware memperkenalkan "aksi berantai", yakni mengajak pasangan atau keluarga untuk ikut menemani mendonorkan darahnya. "Sambil memberi dukungan moril, siapa tahu orang yang kita ajak ini tertarik untuk mendonor juga," kata Nining.

Kegiatan donor darah tersebut merupakan yang ketiga kali sejak dimulai pada 2008. Tahun 2009 tercatat lebih dari 1.400 pendonor datang ke lokasi acara dan mendonorkan darahnya.


Sebagai negara yang rentan terkena bencana alam, Indonesia idealnya memiliki cadangan 4,6 juta kantong darah. Namun, baru 40 persennya yang terpenuhi. "Menurut WHO, persediaan jumlah darah seharunya 2 persen dari jumlah penduduk," kata dr Farid Husein dari PMI Pusat. Ia mengatakan, penerima donor terbanyak di Indonesia adalah kaum perempuan karena kasus perdarahan akibat persalinan masih tinggi.

Kegiatan tersebut juga dimeriahkan para selebritis ibu kota dan para tokoh Tupperware SheCAN yang diharapkan bisa memberikan contoh bagi masyarakat. Dalam kegiatan di Jakarta, tampak beberapa aktris dan penyanyi ternama, seperti Dik Doank, Shahnaz Haque dan suaminya Gilang Ramadhan, pasangan Donna Agnesia dan Darius, dan Robby Tumewu.

Unit Radiologi RSUD Sabang Lancar Lagi


Sabang, Kompas - Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Sabang kembali bisa menikmati layanan foto rontgen, ultrasonografi (USG), dan elektrokardiogram (EKG) sejak Jumat (23/7). Sebelumnya, ketiga jenis layanan tersebut tersendat karena satu- satunya dokter yang berkompeten membaca hasil rontgen, USG, dan EKG tidak mau lagi menjalankan tugas itu karena tersinggung setelah dituding mempraktikkan pungutan liar.

Beberapa pasien dan keluarga pasien tampak antre di Unit Radiologi RSUD Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam. Tiga hari berturut-turut sebelumnya, semua pasien dan keluarga pasien yang datang ke sana ditolak petugas.

”Soalnya dokter yang ahli membaca hasil rontgen tidak mau kerja lagi. Sekarang semua sudah lancar, makanya saya antre,” kata Sumarno (36) yang tengah mengantar istrinya, Sarifah (28), periksa kesehatan.

Direktur RSUD Sabang Zuhar Elisa menjelaskan, RSUD Sabang hanya memiliki satu dokter spesialis penyakit dalam, yakni dokter Alwi. Kebetulan dokter Alwi memiliki lisensi untuk membaca hasil rontgen, USG, dan EKG sehingga selama ini tidak pernah ada masalah.


Untuk membaca hasil rontgen, USG, dan EKG itu, Alwi mendapat gaji tambahan Rp 25.000 per pasien. Besaran tarif tersebut, menurut Zuhar, jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya serupa di rumah sakit lain di kota besar yang mencapai Rp 150.000 per pasien.

”Tarif tersebut kami sesuaikan dengan perekonomian pasien rumah sakit dan itu atas persetujuan direktur rumah sakit,” ujarnya.

Akan tetapi, lanjut Zuhar, belakangan muncul anggapan dari Kepala Seksi Pelayanan PT Askes Sabang Marfuah bahwa pungutan Rp 25.000 itu merupakan pungutan liar.

Semestinya Alwi hanya bekerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam dan tidak perlu menangani rontgen, USG, dan EKG.

Mendengar hal tersebut, Alwi merasa tersinggung dan sejak saat itu pelayanan rontgen, USG, dan EKG terbengkalai. Sebagian pasien terpaksa harus ke rumah sakit di Banda Aceh untuk foto rontgen, USG, atau EKG.

”Kami terpaksa menolak tak kurang dari 120 pasien yang ke Unit Radiologi karena sia-sia kalau tidak ada yang mau membacanya,” kata Zuhar.

Secara terpisah, Marfuah membantah pernah menyampaikan hal itu. ”Bapak bisa tanya langsung ke perawat atau pasien tentang pungutan liar itu. Jangan tanya kepada saya,” ujarnya saat dihubungi Kompas.

Zuhar kemudian mengajak bicara Alwi dan memberi pengertian bahwa semua yang dia lakukan itu legal dan tidak ada pungutan liar. Dengan penjelasan itu, Alwi bersedia bekerja seperti semula. (MHF)

Agama Islam Jadi Mata Pelajaran Resmi di Sekolah-Sekolah Umum Jerman


Upaya yang dilakukan oleh komunitas Muslim agar sekolah-sekolah di Jerman juga memberikan pelajaran agama Islam, membuahkan hasil. Mendagri Jerman Wolfgang Wolfgang Schaeuble menyatakan pemerintah setuju untuk menjadikan agama Islam sebagai mata pelajaran formal di sekolah-sekolah, seperti mata pelajaran agama lainnya seperti Katolik, Protestan dan Yahudi yang sudah sejak lama diberlakukan di sekolah-sekolah umum di Jerman.

Pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum dan tersedianya departemen agama Islam di universitas-universitas adalah salah satu rekomendasi yang diajukan Konferensi Islam Jerman (DIK), sebuah lembaga yang dibentuk pemerintah Jerman pada tahun 2006 untuk menjembatani dialog antara pemerintah dengan komunitas Muslim di negeri itu.

Untuk mewujudkan rekomendasi itu, DIK sudah melakukan dialog dengan pemerintah Jerman selama empat tahun dan baru disetujui tahun 2009 ini.

"Penting bagi kami untuk mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi dari Konferensi Islam Jerman, untuk meningkatkan integrasi warga Muslim di Jerman," kata Schaeuble, Kamis (25/6)


"Status akademis diperlukan karena di Jerman, pendidikan agama Islam bisa menjadi jawaban yang tepat atas isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan Muslim yang tersebar di seluruh dunia dan partisipasi Muslim dalam wacana-wacana politik," sambung Schaeuble.

Menurut data pemerintah Jerman, jumlah warga Muslim di Jerman sekitar 4,3 juta orang atau 5 persen dari total penduduk negara itu. Jumlah itu satu juta lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Studi yang dilakukan Federal Office for Migration and Refugees (BAMF) menyebutkan bahwa citra warga Muslim di Jerman cukup baik dan pada umumnya komunitas mudah berintegrasi dengan masyarakat setempat.

Tapi, para orangtua Muslim di Jerman, kerap menemui kesulitan untuk menyekolahkan anaknya, karena sekolah-sekolah umum di Jerman tidak memberikan mata pelajaran agama Islam.

Untuk itu sejumlah pemuka Islam di Jerman bersama DIK mengajukan dialog dan memberikan empat rekomendasi pada pemerintah untuk mengakomodasi kebutuhan warga Muslim. Selain soal pelajaran agama Islam di sekolah umum, DIK memberikan rekomendasi agar mengijinkan siswi Muslim berjilbab di sekolah. (ln/iol)

Agama Islam Tak Pernah Ajarkan Kekerasan

Biak ( Berita ) : Agama Islam tidak pernah mengajarkan kepada seseorang untuk melakukan kekerasan terhadap siapapun termasuk dengan binatang sekalipun, kata Ketua Umum DPP Ikhwanul Mubalighin Jakarta KH Mujib Khudori di Biak, Provinsi Papua, Senin [20/07].

“Kasus pemboman yang terjadi pada dua hotel di Jakarta telah membuat citra bangsa Indonesia mengalami keterpurukan, karena peristiwa ini telah melukai orang-orang yang tidak berdosa,” katanya pada peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW 1430 H di Masjid Agung Baiturahhaman Biak.

Ia mengingatkan umat Islam di Kabupaten Biak Numfor jangan mudah terpancing dengan pemahaman akidah keimanan yang salah, sehingga melakukan aksi kekerasan dengan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama manapun.

Adanya peristiwa pemboman itu, kata dia, sangat menganggu stabilitas keamanan serta citra bangsa Indonesia, khususnya umat Islam di mata dunia.

Merujuk kitab suci Alquran, ia mengatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan umat manusia, berbangsa-bangsa, bersuku-suku untuk saling kenal mengenal bukan bermusuhan satu dengan lainnya.

“Saya berharap aparat keamanan segera mengungkap kasus pemboman ini sehingga dapat menghukum pelakunya sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku,” kata KH Mujib Khudori dihadapan lebih kurang 1.000 umat Islam pada peringatan Isra Mikraj itu.


Ia mengatakan, peringatan Isra Mikraj bagi umat Islam merupakan suatu sejarah yang tidak boleh dilupakan karena menjadi momentum bagi umat Islam untuk melaksanakan perintah shalat. “Dengan peringatan Isra Mikraj umat Islam diingatkan untuk menjalankan shalat sesuai syariah agama sehingga mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar,” katanya.

Ia juga menyebutkan, Isra Mikraj merupakan perintah shalat yang menjadi kewajiban umat Islam serta harus ditaati karena banyak manfaat diperoleh seseorang ketika melakukan shalat.

“Dengan mengerjakan shalat kita hidup lebih tenang karena dekat dengan Allah SWT, lewat shalat juga mampu mengubah seseorang menjadi lebih bermakna dalam kehidupan pribadi sehari-hari dalam masyarakat,” katanya.

Peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW 1430 H tingkat Kabupaten Biak Numfor, berlangsung aman dan lancar hingga selesai karena mendapat penjagaan aparat kepolisian Polres Biak.

Pada kesempatan itu, Panitia Hari Besar Islam bersama Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) mengelar lomba lagu kasidah. Pemenang kategori anak, juara satu grup kasidah Masjid Kampung Inggiri, juara dua grup TPA Masjid Baburrahmah Perumnas Kampung Sumberker serta juara tiga grup kasidah Al Amin Patina Kelurahan Fandoi.

Sementara kategori dewasa, juara satu grup kasidah pesantren DDI Ambo Dalle Kampung Mandouw, juara dua grup kasidah Masjid Raudatul Jannah PT Wapoga Biak serta juara III grup kasidah masjid Al Ikhlas Kelurahan Samofa. ( ant )