Selasa, 28 September 2010

Wow! Pesantren 20 Meter di Perut Bumi

Pondok pesantren (Ponpes) Syeh Maulana Mahgrobi ini boleh dikata pesantren yang langka sekaligus satu-satunya di tanah air bahkan mungkin di dunia.

Ponpes yang berada di Dusun Wire Desa Kedungombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jatim ini dalam melakukan proses belajar-mengajar keagamaannya tidak berada di lingkungan pesantren, melainkan di perut bumi alias berada 20 meter di dalam tanah.

Pimpinan Ponpes Syekh Maulana Mahgrobi, KH Subhan Mubaroq (57), punya alasan tersendiri perihal kenapa pesantrennya dibangun di lorong-lorong goa, jauh di bawah permukaan tanah.

"Semua ayat suci dari kitab-kitab suci di zaman nabi-nabi, diturunkan Allah di bawah tanah atau di dalam goa," ujar KH Subhan.

Dia segera menyebutkan bahwa pada zaman Nabi Musa AS hingga Nabi Muhammad SAW semua wahyu yang diterimanya saat berada dalam goa.

Merujuk penerimaan wahyu itu, jelas Kiai Subhan, dirinya kemudian ingin mengajarkan ilmu keagamaan berada di dalam goa.

"Saya ingin memberikan ilmu keagamaan secara murni kepada para santri. Tentunya, melalui tempat di bawah tanah ini seperti turunnya wahyu-wahyu yang diterima para nabi itu," katanya.

Kendati lokasi pesantren berada di lorong goa, bukan berarti ajaran keagamaan yang diberikan kepada para santrinya beraroma mistis.

Namun, kyai kharismatik yang berdomisili di Desa Panyuran, Kecamatan Palang, Tuban, ini lebih menekankan pengajaran ilmu Al Qur-an dan hadist.

Luas Ponpes Syekh Maulana Mahgrobi yang berada dalam bawah tanah sekitar tiga hektar. Lorong goa itu khusus dipakai untuk kegiatan mengaji, istighosah, dan kuliah subuh.

Sedangkan penginapan para santri dibangun di atasnya. Untuk santri putra disiapkan dua lantai dengan luas bangunan 7 x 15 meter persegi dan santri putri menempati bangunan 7 x 20 meter persegi di sisi barat mulut goa.

Ponpes dalam perut bumi yang dibangun tahun lalu, itu kini telah mulai dibanjiri santri. Sudah mencapai ratusan orang yang ingin nyantri di ponpes ini.


Menurut Kiai Subhan, pembangunan Ponpes Syekh Maulana Mahgrobi atas kehendak Allah. Syahdan, sebelum membebaskan tanah yang semula berstatus tanah negara itu, ia memperoleh petunjuk ghaib dari Syeh Maulana Magrobi, seorang guru besar para wali di tanah Jawa silam. Dalam petunjuknya, ia diminta untuk merawat goa yang berada di wilayah Dusun Wire.

"Sebelumnya, saya sempat semedi tiga hari di atas goa ini untuk meminta petunjuk," ungkap Kiai Subhan, yang mengaku selama 15 tahun sejak usia 9 tahun nyantri dari pondok ke pondok di tanah Jawa.

Kemudian, Kiai Subhan pun membebaskan lahan seluas tiga hektar kawasan yang ditunjuk itu. Tanah yang dibebaskan ternyata di dalamnya terdapat lorong-lorong goa yang luas.

Lorong-lorong goa itu pula yang selanjutnya dikemas menjadi sarana mengaji Ponpes Syeh Maulana Mahgrobi.

Pesantren dalam goa ini memiliki pesona yang eksotis. Terdapat ragam stalagtit dan stalagmit yang sudah mengering dan menjadi batuan kapur. Tak lagi meneteskan air. Begitu masuk pintu utama goa dari arah barat, dalam jarak sekitar 8 meter terdapat lorong luas yang tembus cahaya karena terdapat lubang.

Di lahan sekitar 4 x 7 meter persegi ini telah dibangun semacam taman. Taman ini tampak asri. Apalagi di sana dialiri air yang bersumber dari PDAM Tuban. Sedangkan bagian kanan taman, terpampang dua pintu masuk lorong yang telah dipugar dengan arsitektur Jawa.

Pintu bagian barat, merupakan pintu masuk ke ruang istighosah. Pintu bagian timur yang dihimpit bebatuan merupakan pintu menuju ruang pertemuan.

Bagian kiri taman, terdapat lorong yang dipakai untuk dapur umum dan kamar mandi. Dua lorong yang telah berpintu kayu jati ukuran 8 x 50 meter persegi itu, jelas Kiai Subhan, selama ini dipakai untuk acara istighosah.

Lorong ini, sebelumnya merupakan Goa Singojoyo yang sebelumnya menjadi tempat semedi para tokoh Islam sebelum Wali Songo.

"Sudah 15 kali tiap malam Jumat, kita pakai untuk istighosah," paparnya.

Untuk merehabilitasi goa menjadi pesantren, Kiai Subhan telah menghabiskan dana Rp 180 juta lebih. Jumlah itu belum termasuk biaya pembebasan lahan.

Lorong ruang istighosah akan dibagi dua. Salah satu lorong akan dipakai khusus untuk penyembuhan korban narkoba.

"Pak Dr H Bambang Suhariyanto (direktur RSUD Tuban) telah menyanggupi membantu masalah medik dalam penanganan korban narkoba di pondok ini," paparnya.

Diungkapkan, selama ini di rumahnya sudah 16 orang korban narkoba yang disembuhkan.

Di salah satu lorong, tepatnya sebelah utara pintu masuk, juga dibangun masjid di bawah tanah. Masjid ini dinamai Ashabul Kahfie (merujuk pada kisah dalam surat Al Kahfi).

Lorong seukuran 25 x 50 meter persegi itu sesuai 'wisik ghaib' dulunya merupakan goa Putri Ayu Sendangharjo. Pembangunan masjid ini sesuai rencana menelan dana sekitar Rp 600 juta.

Sisi timur masjid, terdapat lorong lagi yang dipakai khusus untuk pertemuan para kiai. "Lorong ini cukup untuk pertemuan sekitar 20 orang," kata Kiai Subhan.

Sedangkan dari lorong istighosah, tambahnya, terdapat lorong lagi ke arah timur. Di lorong bawah tanah ini juga terdapat pelataran yang cukup untuk bermain sepak bola.

Lorong itu disebut Goa Syekh Jangkung. Tokoh ini merupakan suami dari Putri Ayu Sendangharjo, yang juga guru Sunan Kalijaga.

"Lorong-lorong itu kita persiapkan untuk tempat mengaji para santri," kata Kiai Subhan. [bs]

SBY Minta Masalah Teroris Jangan Dibawa ke Politik dan Agama

JAKARTA, (PRLM).-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa terorisme merupakan masalah sensitif karena sering terjadi salah paham terhadap apa yang dilakukan penegak hukum. Namun Presiden pun meminta agar masalah teroris tidak dibawa ke wilayah politik dan agama.

"Terorisme tidak ada kaitanya dengan agama. Saya serahkan sepenuhnya kepada penegak hukum. Jangan campur adukan ke dalam ranah politik atau agama. ini berbeda sama sekali," kata Presiden Yudhoyono saat membukan Rapat Paripurna Kabinet di Gedung Sekretariat Negara, Kompleks Istana kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/8).

Menurut Presiden, penanganan terorisme memerlukan tindakan yang tepat, profesional, semuanya akuntabel, dan bisa dijelaskan kepada publik. Presiden menegaskan aparat kepolisian telah menemukan bukti dan fakta yang cukup tentang adanya ancaman terorisme. "Bisa saja ada orang yang punya niat seperti itu merancang kegiatan yang tidak patut," kata Presiden.

Presiden berharap adanya ancaman itu tidak menyurutkan semua elemen masyarakat dalam merayakan kemerdekaan Indonesia. Ia meminta TNI dan aparat kepolisian meningkatkan kewaspadaan dan pengamanannya.
"Selebihnya berjalan seperti biasa karena negara tidak boleh kalah dengan kejahatan," kata Presiden.

Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan masyarakat tidak perlu berburuk sangka terhadap langkah yang dilakukan polisi untuk mencegah terjadinya ancaman teroris tersebut. Polri meminta masyarakat untuk waspada karena masih ada nama-nama yang membahayakan.

"Masih banyak yang harus kita hadapi. Jadi tolong jangan su'udzon (prasangka buruk). Kami ingin negara kita tentram, aman, damai. Jangan ada korban. Kita mendahului jangan juga kita dicurigai," kata Kapolri.


Setelah penangkapan terduga teroris di daerah Bandung, Kapolri menyebutkan masih ada lagi yang berbahaya. Mereka itu antara lain Abu Tholut dengan pasukan bersenjatanya, ada Umar Patek, ada Upik Lawanga.

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan kondisi keamanan relatif kondusif untuk rangkaian kegiatan memperingati kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2010 mendatang. Saat ini, pihak keamanan telah memiliki data bahwa memang ada rencana beberapa pihak untuk mengganggu kegiatan 17 Agustus. Aparat keamanan pun sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk menghindari kemungkinan terburuk.
"Ada temuan akan mengacau, mengganggu. Tapi aparat keamanan sudah ada datanya," kata Djoko.

Selain meningkatkan pengamanan, Djoko juga meminta semua elemen masyarakat ikut mengambil peran. Dia meminta setiap warga mengenali lingkungan masing-masing, sehingga mengurangi kemungkinan gangguan keamanan.
"Masyarakat harus ikut aktif melihat lingkungannya," katanya.

Selain mengamati lingkungan, Djoko juga meminta masyarakat untuk mewaspadai upaya provokasi melalui media internet. "Saya imbau untuk mencerna betul apa yang ada dalam pesan yang ada di situ, jangan terlalu mudah terpengaruh, jangan terlalu mudah untuk menerima apa saja yang keluar dari twitter, dari facebook," kata Djoko.

MUI: Jangan Kapitalisasi Persoalan Agama

JAKARTA - Ketua Bidang Kerukunan Agama Majelis Ulama Indonesia (MUI), Slamet Effendy Yusuf, meminta kepada seluruh pihak agar tidak mengkapitalisasi konflik yang terkait kerukunan antar umat beragama. Ia mengimbau tiap pihak untuk bersabar dan menyelesaikan masalah sesuai dengan aturan yang ada.

"Persoalan di Bekasi itu (konflik antara warga dan jemaat Gereja HKBP) harusnya diselesaikan secara musyawarah dan sesuai dengan aturan yang ada, tidak perlu sejauh itu (aksi damai lintas agama)," ujarnya, Minggu (15/8), saat dihubungi Kompas.com menanggapi aksi damai lintas agama di depan Istana siang nanti.

Ia mengatakan, jika jalur diplomasi gagal seharusnya kedua belah pihak kembali pada aturan formal yang ada. "Kalau tidak selesai, mungkin bisa diselesaikan lewat jalur pengadilan. Kan sudah ada aturan bersama menteri agama dan dalam negeri tentang kerukunan umat beragama," ujarnya.


Ia melihat, kapitalisasi persoalan justru akan mengancam kerukunan umat beragama di Indonesia. Pelibatan seluruh unsur lintas agama dan sejumlah LSM dinilainya malah menghangatkan isu dan bukan memecahkan persoalan. "Semua harus sabar. Jangan ada yang dikapitalisasi oleh kelompok-kelompok luar yang tidak berkepentingan," ungkap Slamet.

Kelompok-kelompok agama pun diimbau untuk mengutamakan musyawarah di atas jalan lainnya, termasuk kekerasan. "Tidak lelahnya kita di MUI dan beberapa teman lainnya berusaha melakukan mediasi untuk menyelesaikan masalah ini dengan musyawarah," ucapnya.

Seperti diberitakan, hari ini Forum Solidaritas Kerukunan Umat Beragama akan melakukan aksi damai di depan Istana Negara. Aksi yang diperkirakan akan diikuti 1.500 orang ini menuntut pemerintah untuk bersikap tegas terhadap sejumlah peristiwa kekerasan yang mengancam kerukunan umat beragama.